Merayakan Hari Gajah Sedunia di Kantong Sisa Populasinya di Sumatera
Hari Gajah Sedunia yang jatuh pada hari ini, Jumat 12 Agustus 2022, merayakan hubungan gajah dan manusia sepanjang sejarah peradaban.
Di Asia, gajah telah hidup bersama manusia selama lebih dari 4.000 tahun.
Keberadaannya sangat dihormati dan diasosiasikan dengan berbagai adat budaya dan spiritual.
Di Thailand, misalnya, gajah adalah ikon nasional dengan hari libur nasional yang didedikasikan sepenuhnya untuk mereka.
Gajah-gajah bahkan bahkan dapat menerima gelar dari kerajaan yang berkuasa.
Gajah dipandang sebagai spesies kunci karena mamalia besar ini perannya mempromosikan ekosistem yang sehat dan mendorong keanekaragaman hayati untuk lingkungan mereka.
Seperti yang dikatakan situs web Hari Gajah Sedunia, “Kehilangan gajah berarti kehilangan penjaga lingkungan dan hewan yang darinya kita harus banyak belajar.” Disebutkan bahwa gajah-gajah dapat diselamatkan dengan menegakkan kebijakan dan undang-undang perlindungan lokal dan internasional yang lebih kuat terhadap perburuan dan perdagangan gading.
Selain juga mempromosikan pengelolaan habitat alami yang lebih baik, mendidik masyarakat tentang peran vital gajah dalam ekosistem, dan memperbaiki cara memperlakukan gajah di penangkaran.
“Jika perlu, memperkenalkan kembali gajah penangkaran ke suaka margasatwa untuk memungkinkan pengisian kembali populasi yang terancam punah secara alami.” Di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, upaya koservasi itu didorong melalui pagelaran dongeng “Gajah dan Manusia Hidup Harmonis” untuk siswa sekolah dasar di wilayah itu.
Kegiatan edukasi itu diselenggarakan selama Juli-September 2022.
Selain dongeng, juga dilakukan pembuatan lagu dan film dokumenter.
Film ini akan menampilkan cuplikan pertunjukan dongeng itu yang dibawakan oleh Inug Dongeng.
Lalu ada pandangan pakar gajah, pejabat pemerintah desa, tokoh masyarakat, para guru, serta para siswa.
“Film ini selain ditayangkan di kanal youtube kami, juga akan diputar keliling pada delapan sekolah di desa yang berbatasan dengan koridor gajah Sugihan-Simpang Heran,” kata Taufik Wijaya dari Rumah Sriksetra, komunitas film dokumenter lingkungan dan budaya, dalam keterangan tertulis.
Dia berharap dari dongeng mampu memberi pengetahuan dan pemahaman kepada anak-anak sehingga dapat hidup berdampingan, berbagi, dan harmonis dengan gajah.
Rangkaian kegiatan di Air Sugihan merupakan kolaborasi Belantara Foundation, Forest Wildlife Society dan Rumah Sriksetra, yang didukung KNCF [Keidanren Nature Conservation Fund] yang berbasis di Jepang.
Dolly Priatna, Direktur Eksekutif Belantara Foundation, menerangkan pemilihan lokasi kegiatan itu.
Menurutnya, lanskap Padang Sugihan merupakan salah satu dari sedikit kantong populasi gajah yang memiliki peluang hidup jangka panjang.
Dia menambahkan, program konservasi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, tak hanya edukasi dan penyadartahuan anak tentang gajah dan ekosistemnya.
“Tetapi, fokus juga kepada dua aspek lain, yaitu pelatihan mitigasi konflik manusia dan gajah, serta penanaman pakan gajah dan penggaraman tanah untuk penambahan nutrisi,” tutur Dolly.
Sisa gajah liar di kawasan konsesi Saat ini, populasi Gajah Sumatera terus terancam baik oleh perburuan gading, dibunuh karena dianggap hama perkebunan dan pertanian, ataupun hilangnya habitat dan koridor.
Populasi gajah Sumatera saat ini tidak mencapai 2.000 individu.
Mereka hidup dalam sejumlah kantong pada wilayah dataran tinggi hingga dataran rendah atau pesisir, mulai dari Aceh, Sumatra Utara, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung dan Bengkulu.
Salah satu kantong itu berada di Air Sugihan, Ogan Komering Ilir, Koridornya melalui kawasan konsesi PT.
Kerawang Ekawana Nugraha, PT.
Sebangun Bumi Andalas, PT.
Bumi Andalas Permai, hingga PT.
Bumi Mekar Hijau.
Tercatat sedikitnya 48 individu gajah liar hidup di kantong Sugihan-Simpang Heran, yang terbagi bagi dalam empat kelompok keluarga.
Kantong ini bagian dari lanskap Padang Sugihan, yang terdiri empat kantong gajah liar yakni Cengal, Penyambungan, Sebokor, dan Sugihan-Simpang Heran.
Luasnya mencapai 232.338,71 hektare dan sekitar 127 individu gajah liar yang hidup di lanskap Padang Sugihan.