
Mengenal Sandwich Generation dalam Sisi Psikologi
Tidak dipungkiri, bahwa masyarakat di Indonesia masih mempunyai pengaturan keuangan yang belum baik. Sehingga hal tersebut membuat banyak orang mengalami banyak masalah keuangan yang dihadapi. Mulai dari hutang yang melilit hingga ke sandwich generation yang banyak sekali ditemui di Indonesia. Generasi sandwich tersebut merupakan orang yang biasanya menanggung biaya hidup tidak hanya untuk keluarga intinya sendiri ketika sudah menikah, tetapi juga masih anggota keluarga lainnya seperti orang tua, saudara, hingga juga keluarga lainnya.
Generasi sandwich sendiri dicetuskan pertama kali oleh Dorothy A. Miller pada 1981. Ia mengungkapkan bahwa generasi sandwich merupakan orang dewasa yang mempunyai peranan ganda dalam tanggung jawab finansial, sehingga mempunyai tanggung jawab untuk beban hidup beberapa generasi baik generasi atas maupun generasi di bawahnya. Nama dari generasi sandwich ini juga dilihat sebagai kondisi seperti roti lapis atau sandwich yang saling berhimpitan di atas dan dibawah. Generasi sandwich yang mempunyai kondisi terhimpit seperti roti lapis tersebut tentunya memberikan dampak baik fisik maupun mentalnya. Sehingga bagi yang mempunyai tanggung jawab sebagai generasi sandwich bisa mempengaruhi keseimbangan hidup yang dipunyai.
Menurut pencetus sandwich generation sendiri, generasi ini dibedakan menjadi tipe yaitu :
- Tipe pertama adalah the traditional generasi sandwich. Generasi ini adalah bagi orang yang mempunyai usia 40-50 tahunan dan mempunyai tanggung jawab untuk membiayai orangtuanya dan juga anak usia produktif yang finansialnya masih menggantungkan pada orang tua.
- Tipe kedua adalah the club generasi sandwich. Generasi ini merujuk pad orang yang usianya 60 tahunan dan mempunyai tanggungan untuk membiayai orang tua, anak yang sudah usia produktif tapi belum mapan secara finansial, dan juga menanggung kehidupan cucunya. Selain itu, generasi ini juga bisa digunakan untuk orang yang berusia lebih muda yaitu 30-4- tahunan yang mempunyai tanggung jawab finansial untuk membiayai anak, orang tua, dan juga kakek neneknya.
- Tipe ketiga adalah faced generasi sandwich yang mengacu pada non profesional tetapi aktif dalam merawat lansia.
Tipe-tipe di atas merupakan hal yang sering sekali ditemui di Indonesia. Di mana kondisi tertentu mempunyai banyak sekali penyebab atau alasan yang melatarbelakanginya. Salah satunya adalah pengetahuan keuangan yang masih buruk di Indonesia, sehingga banyak sekali orang yang belum mempersiapkan dan mempunyai dana pensiun. Sehingga hal tersebut turut menjadi salah satu penyebab mengapa generasi sandwich banyak ditemui dan terjadi secara turun menurun.
Siklus lingkaran generasi sandwich tersebut disebabkan karena kesulitan untuk mempersiapkan dana pensiun. Utamanya ketika juga menanggung sebagai generasi sandwich yang mempunyai tanggung jawab untuk menghidupi banyak keluarga. Sehingga siklus generasi sandwich banyak berjalan dan sulit untuk dilepaskan. Hal tersebut perlu untuk ditangani secara profesional dengan mempersiapkan dana masa tua untuk dirinya sendiri, sehingga nantinya tidak akan memberatkan keturunannya menjadi generasi sandwich juga.
Selain itu beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk memutus lingkaran generasi sandwich adalah :
- Bisa untuk mengatur arus kas keluarga sehingga penghasilannya cukup.
- Membuat perencanaan keuangan yang tepat dengan pos yang diatur disesuaikan dengan kebutuhan.
- Mengelola keuangan dengan bijak dan menghindari untuk konsumtif.
- Mempersiapkan dana pensiun sedari dini sehingga akan tidak merepotkan generasi selanjutnya.
Saat menanggung tanggung jawab sebagai generasi sandwich tentunya tidak mudah, hal tersebut juga berdampak pada psikologis yang dipunyai dan mengakibatkan beberapa perasaan seperti berikut ini :
- Pertama adalah generasi sandwich merasa burnout atau kelelahan fisik dan mental. Tidak jarang juga banyak yang mengalami depresi, dan juga merasa khawatir karena mempunyai beban tanggung jawab secara finansial untuk banyak keluarga.
- Mengalami perasaan merasa bersalah, tidak mampu menjadi anak, pasangan, maupun orang tua bersamaan.
- Mengalami kesulitan mengelola waktu untuk pekerjaan dan hobi untuk dirinya sendiri.
Bagi yang merasakan berbagai hal di atas karena mempunyai tanggung jawab sebagai sandwich generation. Sebaiknya bisa untuk melakukan berbagai hal sehingga bisa menjaga psikologis diri sendiri. Contohnya dengan meningkatkan self compassion atau self love, sehingga akan merasa lebih nyaman. Selain itu juga berikan kegelisahan yang dipunyai dengan berbagi dengan orang yang dipercaya, sehingga akan membuat kesehatan mental lebih terjaga ketika menanggung beban sebagai generasi sandwich untuk keluarga.